Siang itu pulang sekolah, tiba-tiba Shafa bilang " Ma...bisa nggak tahilalat diwajahku dihilangkan??"....whaaat???? aku terbelalak...tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba my teenager ini perhatian sama penampilan. Shafa yang selama ini cuek dengan penampilan, tiba-tiba mempermasalahkan tahi lalat..
Tenang dan sabar berusaha aku tampilkan di hadapannya. "Emangnya kenapa, Kak?? Kamu cantik kok dengan tahi lalat diwajahmu itu". "Tapi aku sering diejek, Ma..."...Aku tersenyum, dalam hatiku berkata "Ini saatnya aku membekali jiwanya"...hhmmmm...gadis cantikku...
Kepada kedua putriku, selama ini, aku dan suami mengajarkan cara menghadapi ejekan dan
ledekan yang akan ia terima nanti. Sebaik-baiknya kita, pasti akan ada orang usil. Bukankah di dunia ini Allah ciptakan kebaikan-keburukan. Tak semua anak diajarkan sopan santun
oleh orangtua mereka, dan kemarahan bukanlah solusi yang tepat untuk
menghadapi keisengan teman-temannya.
Awalnya saya mengajarkan kakak cara bercanda yang benar, ketika bermain
atau berbicara dengannya, pelan-pelan saya selipkan dengan bercanda
dengannya. Ketika ia bermain dengan adek, dan tentu saja ia
menerapkan cara saya tadi, tapi saya perbaiki kalau dia bercanda dengan
menghina fisik atau sesuatu hal yang negatif.
Gak mudah memang, apalagi untuk anak saya yang dulunya amat cengeng dan
manja ini. Tapi konsekuensi akan berjalan lebih mudah kalau menjalaninya
dalam kehidupan sehari-hari termasuk mengajak semua anggota keluarga
terlibat aktif. Seringkali saya malah ikut memberi peringatan pada
anggota keluarga lain yang tak memahami cara saya mendidik Kakak dan
untungnya selalu didengarkan. Lama-lama Kakak malah berubah menjadi anak
yang humoris dan sedikit jahil.
Satu hal lagi, selain memberi tahu kekurangan Kakak. Saya juga
memberikan lebih banyak lagi kelebihan Kakak. Setiap kali ia melakukan
sesuatu yang baik, bahkan hal-hal kecil seperti menyapu rumah tanpa
diminta, maka berhamburan pujian untuknya. Melalui program papanya,
Kakak juga diperkenalkan dengan rasa empati dan bersyukur. Seminggu sekali kami ajak ke panti asuhan ataupun yayasan anak cacat. Semua demi membangun
kepercayaan dirinya bahwa dia memiliki kekurangan, tapi juga memiliki
kelebihan. Dan kelebihan itu yang harus disyukuri. Saya lebih sering memberikan contoh remaja-remaja yang inspiring. Saya harus ubah mindset kebanyakan bahwa remaja gaul, adalah remaja yang selalu mengikuti trend mode terkini. Saya gak bisa pungkiri, di lingkungan sekolah kakak, mindset itulah yang berkembang di kalangan remaja.Saya dan suami terus berusaha menekankan, bahwa remaja gaul itu adalah remaja yang berprestasi, peduli sesama dan berakhlakul karimah.
Kembali saat menghadapi ejekan, Kakak juga belajar menghadapi ejekan
dengan membalik kata-kata ejekan itu menjadi bahan guyonan. Satu dua
kali ia menceritakannya pada saya (meski terus terang saja saya sendiri
pengen marah saat mendengarnya) dan ia selalu tersenyum geli karena
berhasil. Yang lebih penting, semua orang tahu sekarang kalau percuma aja mengejek Shafa karena ujung-ujungnya justru berbalik kesal sendiri.
Namun, di atas semua usaha itu. Jangan pernah, DO NOT EVER, menghina
atau mengejek anak anda sendiri walaupun sekedar bercanda. Pengakuan
utama yang paling penting bagi seorang anak adalah dari orangtua mereka
sendiri, orang-orang yang mereka percayai setiap kata-katanya. Sampai
kapanpun, penghinaan orangtua itu akan selalu diingat dalam hati setiap
anak. Maka berhati-hatilah saat berkata pada mereka, meski semarah
apapun.
Saat anak lahir, mereka adalah bintang di hati orangtua mereka. Maka
jadikanlah selalu bintang di rumah kita, karena setiap anak itu
berharga. Dunia di luar rumah, bukan tentang dunia yang baik dan buruk
karena kita tak bisa mencegah anak-anak dari masalah. Kita wajib
mengajarkan mereka cara menghadapi masalah, bukan untuk menghindari
masalah.